Quote Originally Posted by pinwin View Post
Simon Santoso, Menepi untuk Berada di Podium Tertinggi

Simon Santoso tampil garang di lapangan. Lee Chong Wei, pemain nomor satu dunia yang notabene terus berhasil mempertahankan konsistensinya dari turnamen ke turnamen dalam beberapa tahun terakhir dibuat tak berdaya. Simon benar-benar unggul segalanya hari itu. Ia mendominasi permainan, memegang kendali ritme, dan tak membiarkan Lee Chong Wei berkembang. Gelar Singapura Super Series akhirnya menjadi milik Simon sebagai hadiah dari kegemilangannya hari itu dan pada hari-hari sebelumnya.

Sukses Simon di Singapura Super Series boleh jadi terbilang menarik. Bagaimana tidak, Simon mampu meraih dua gelar (plus Malaysia Grand Prix Gold seminggu sebelumnya) hanya dalam durasi tiga bulan sejak ia menyatakan mundur dari pelatnas Cipayung. Tak mundur pun ketika itu, Simon kemungkinan besar bakal didepak lantaran ia gagal memenuhi target di Malaysia dan Korea. Simon yang babak belur dan penuh kritik di bulan Januari berganti menjadi Simon yang penuh puja dan puji di bulan April.

Lalu apakah sukses Simon ini merupakan blunder PBSI karena tak memberikan Simon sedikit lebih banyak waktu untuk bangkit dari keterpurukan? Atau justru malah Simon harus berterima kasih kepada PBSI karena dirinya kini punya motivasi tambahan untuk bangkit dari keterpurukan?



Membahas Simon, kemudian ingatan ini melayang ke Indonesia Super Series Premier 2013. Ketika itu, masih terbayang jelas bagaimana kesalnya wajah Rexy Mainaky ketika mengetahui kabar bahwa Simon Santoso gagal bertanding dan mundur dari Indonesia Super Series Premier 2013 lalu lantaran sakit setelah salah dalam posisi tidur. Menurut Rexy, Simon benar-benar membuatnya kecewa. Yang Rexy mau, Simon coba turun ke lapangan dan baru benar-benar mundur ketika memang dirinya tak kuat lagi mengejar shuttlecock.

Tidak hanya Rexy, banyak yang melihat Simon yang tengah dalam kondisi kurang bagus pasca sakit di awal tahun 2013 juga mengalami masalah dengan mental bertandingnya. Simon yang sudah dalam usia matang, 27 tahun dan memiliki jam terbang yang tinggi dipandang banyak orang sudah sepatutnya tak lagi mengalami demam panggung sebelum bertanding.

Kejadian di Indonesia Super Series Premier itulah yang akhirnya membuat posisi Simon di pelatnas semakin terjepit. Simon yang masih mengharapkan waktu dan ruang serta pemakluman untuk bangkit terbentur oleh fakta usia Simon yang sudah matang dan penuh pengalaman. Alhasil, gelar di Indonesia Grand Prix Gold 2013 pun tidak cukup bagi Simon untuk dijadikan jaminan kepada PBSI bahwa Simon dalam jalur dan perjuangan untuk bangkit.

Simon memang masih bertahan di skuat pelatnas 2014 namun dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Dan persyaratan itu gagal dipenuhi Simon di bulan awal 2014. Sebelum dirinya resmi dikeluarkan oleh pelatnas yang telah memegang komitmen, Simon memutuskan mundur lebih dulu sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kegagalan yang dialaminya.

Simon memang mundur dari pelatnas, namun saat itu pula ia baru saja mengambil sebuah langkah maju dalam sisa karirnya sebagai seorang pebulu tangkis. Diam di pelatnas lebih lama mungkin dirasakan oleh Simon tidak akan memberi banyak dampak positif terhadap perkembangan karirnya. Karena itu cara ekstrim harus dicobanya termasuk dengan berkarir di luar pelatnas. Jika memang harus hancur, maka biar hancur setelah dirinya mencoba berbagai kemungkinan, mungkin begitu pikir Simon dalam keputusan mundurnya dari pelatnas.

Sebagaimana umumnya yang terjadi, keluar dari pelatnas berarti beban berkurang dan motivasi bertambah. Beban sebagai penghuni pelatnas Cipayung memang sangatlah besar. Semakin lama berada di sana tanpa prestasi yang membanggakan, maka semakin berat pula beban yang disandang di punggung masing-masing pemain. Sorotan dari pihak luar pun makin tajam dan berujung pada dipertaruhkannya kapasitas dan kelayakan mereka sebagai penghuni pelatnas.

Untuk motivasi, jelas motivasi bertanding dan berprestasi pemain yang baru keluar dari pelatnas Cipayung akan menjadi lebih besar dibandingkan sebelumnya. Mereka seolah ingin menunjukkan bahwa sosok mereka di waktu sebelumnya adalah bukan sosok sebenarnya dari mereka. Mereka masih punya kemampuan untuk bersaing dan memenangi kompetisi. Hal ini kemudian diaplikasikan kepada pola latihan yang lebih keras di keseharian mereka.

Selain beban berkurang dan motivasi bertambah, tanggung jawab mereka terhadap diri sendiri pun makin besar. Mereka kini harus mengurus berbagai kebutuhan di luar pertandingan, tidak hanya fokus terhadap strategi dan permainan di lapangan seperti sebelum mereka berada di pelatnas. Tanggung jawab besar di keseharian ini bisa berdampak positif terhadap permainan mereka di lapangan. Dan nilai-nilai inilah yang sepertinya terjadi pada diri Simon Santoso saat ini. menepi untuk kemudian merasakan podium tertinggi.



Simon menang Singapore Super Series adalah hal yang luar biasa di masa saat ini, di masa dimana ia baru bangkit dan hanya berjarak dua bulan dari titik keterpurukan. Namun dibandingkan masa sebelumnya, sebuah gelar super series sudah pernah dirasakan oleh Simon dalam perjalanan karirnya.

Yang menarik kemudian dinantikan setelah ini adalah, apakah kegemilangan Simon ini sifatnya hanya sementara atau sukses ini adalah kejutan awal yang dibuat oleh Simon untuk kemudian akan hadir kejutan yang sifatnya lebih besar di masa depan. Apakah Simon mampu kembali ke tempat yang layak baginya di lima besar atau dirinya mampu melakukan lonjakan yang lebih tinggi dengan menjadi dominan di persaingan tunggal putra. Menarik untuk disaksikan….

-Putra Permata Tegar Idaman-
Link: http://foodballgame.wordpress.com/20...ium-tertinggi/
semoga bold merah adalah sesuatu yg akan terjadi berikutnya...
menarik kita tunggu bersama..