Originally Posted by
jualkaos2010
Kalau anda membaca tulisan ini bearti anda pernah bermain tepokbulu. Pastinya tahu apa itu shuttlecock. Bagi anda yang rutin menepok bulu, shuttlecock adalah salah satu biaya yang masuk dalam hitungan.
Sebagai olahraga no 2 di Indonesia, sudah pasti ada industri shutllecock di berbagai wilayah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tapi sayang industri belum berkembang. Salah satu kendala adalah faktor bahan baku seperti cork (dasar shuttlecock) dan bulu.
Tapi yang lebih bermasalah adalah faktor kualitas dari shuttlecok produksi Indonesia. Ada yang sekadar berbentuk shuttlecock dengan harga ribuan per shuttlecock sampai yang berharga belasan ribu per shuttlecock.
Jangankan membandingkan saru merk dengan merk yang lain. Membandingkan merk yang sama pun kita akan mendapatkan kualitas shuttlecock yang berbeda.
Coba anda beli 1 slop shuttlecock dan anda bediri di garis baseline dan anda pukul sekeras kerasnya dengan berusahan sekuat tenaga mengarahkan shuttlecock ke titik temu garis baseline dengan garis tengan lapangan seberang.
Biasanya perbedaan sejauh radius 25 cm (diameter 50 cm) sudah nubi anggap bagus. Hanya segelintir merk shuttlecock dengan harga diatas 100rb yang bisa memiliki konsistensi seperti ini. Itu pun biasanya hanya dalam 1 tahun pertama. Tahun berikutnya biasanya ada penurunan kualitas.
Sebenarnya nubie berharap ada organisasi yang peduli untuk membuat standar produksi nasional untuk shuttlecock. Bisa saja PBSI atau asosiasi pengarajin shuttlecock. Bisa juga Pemda atau bahkan pemerintah pusat.
Tujuannya supaya industri shuttlecock Indonesia bisa bersaing di luar negeri, jangan hanya bisa menelurkan juara Olimpiade, juara dunia dan juara turnamen level dunia saja.
Nubie membayangkan suata saat shuttlecock merk Indonesia akan di pakai di Kejuaraan Dunia atau Olimpiade seperti bola sepak asal Majalengka.
Untuk itu nubie sedikit memberikan panduan untuk menghasilkan shuttlecock yang berkualitas.
1. Jumlah bulu wajib 16 helai.
2. Panjang bulu harus seragam antara 62-70 mm (cork tidak dihitung).
3. Diameter cork 25-28 mm.
4. Diameter bulu 58-68 mm.
5. Berat total antara 4,74-5.50 gram.
6. Cork harus dilapisi oleh kulit.
7. Bulu harus terikat dengan kokoh dengan benang.
8. Stabilitas terbang harus tidak goyang (https://m.youtube.com/watch?v=XS7HLzQZFgk&feature=youtu.be&t=04m01s)
9. Perbedaan jarak terbang di bawah 30 cm (di pukul dengan mesin, contoh https://www.youtube.com/watch?v=XS7HLzQZFgk&feature=youtu.be&t=04m35s)
10. Perbedaan jalur/sudut lintasan terbang di bawah 30 cm (seperti no 9 tapi di ukur dari kanan kiri dan dilihat dari samping jalur terbang)
11. Ketahanan shuttlecock diatas 8 kali smash keras, setelah itu dilakukan tes no 9 dan 10 dengan nilai 1,2 kali dari no 9 dan 10.
12. Kekuatan batang bulu di atas 10 kali smash keras (batang tidak boleh patah)
13. Kekuatan bulu diatas 12 kali smash keras (bulu tidak boleh ada yang rontok).
Dengan standar ini, organisasi yang mengeluarkan sertifikat harus melakukan tes ilmiah terhadap merk shutllecock. Setelah mendapatkan sertifikat, pabrik harus siap untuk di audit secara mendadak kapan pun. Sertifikat juga harus memiliki jangka waktu maksimal 2 tahun.
Tentunya yang diuntungkan adalah pabrik yang serius untuk mengembangkan industri tepokbulu. Dan tentunya para pemain tepokbulu nasional akan mudah mendapatkan shutllecock berkualitas buatan dalam negeri.
Penting: BWF sedang berusaha menggantikan shuttlecock bulu asli dengan plastik. Alasan yang di pakai adalah ramah lingkungan karena tidak perlu mencabut bulu dari unggas. Tapi mereka lupa bahwa unggas adalah organik, alami, bisa diperbaharui dan cepat terurai. Sedangkan plastik adalah bahan kimia yang berbahaya bagi mahluk hidup, dan sangat sulit terurai.