Tulisan ringan: Menjelang Olimpiade Tokyo 2020
Pada pertengahan Maret 2020, BWF membatalkan beberapa turnamen dikarenakan virus corona. Turnamen tersebut adalah:
1. Swis Open 2020
2. India Open 2020
3. Orleans Master 2020
4. Malaysia Open 2020
5. Singapore Open 2020
Padahal para pemain sedang bertarung ketat untuk menentukan siapa yang berhak melaju ke ajang olahraga terakbar yang hanya dilaksanakan tiap 4 tahun sekali.
Per 10 Maret, beberapa pemain Indonesia sudah berada di zona aman. Inilah daftar pemain yang kemungkinan besar akan mewakili Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020.
1. Tunggal putra: Anthony Ginting dan Jonatan Christie.
2. Tunggal putri: Gregoria Mariska.
3. Ganda putra: Markus Gideon / Kevin Sanjaya dan Mohammad Ahsan / Hendra Setiawan.
4. Ganda putri: Greysia Polii / Apriani Rahayu.
5. Ganda campuran: Praveen Jordan / Melati Oktavianti dan Hafiz Faizal / Gloria Widjaja.
Dari pemain pemain diatas hanya Hafiz/Gloria yang sebenarnya sedikit berada di ujung tanduk alias peringkat 8 dunia. Entah apa keputusan BWF dengan pembatalan turnamen karena corona. Apakah akan tetap memakai poin seperti biasa atau akan ada ketentuan baru.
Seperti biasanya, Indonesia selalu menaruh harapan terbesar kepada cabang tepokbulu untuk menyumbangkan medali emas Olimpiade. Semoga saja cabang angkat besi bisa membantu meringankan beban atlit tepokbulu kita.
Menarik untuk membahas bagaimana tim pelatih PBSI harus memutar otak untuk bisa merekayasa supaya atlit kita bisa mencapai puncak prestasinya di piala Thomas Uber di bulan Mei 2020 dan juga Olimpiade di akhir Juli-awal Agustus 2020.
Biasanya untuk turnamen besar, program pelatihan (terutama fisik) di fokuskan 1 bulan sebelum hari h. Berarti untuk piala Thomas dan Uber, pertengahan April, pelatih sudah harus memulai program utama. Untuk Olimpiade program harusnya dimulai lebih awal kurang lebih bulan Juni awal atau pertengahan.
Bayangkan kalau kita berhasil meraih piala Thomas atau piala Uber dan pemain pasti akan sedikit terlena dan jadwal latihan menjadi berkurang untuk perayaan disana sini. Tapi di bulan Juni sudah harus fokus kembali ke latihan untuk Olimpiade.
Betapa sibuk dan rumit nya pelatih untuk mengolah program pelatihan untuk mencapai penampilan puncak di piala Thomas dan Uber serta di Olimpiade.
Peluang tiap sektor di Okimpiade.
Sektor tunggal baik putra maupun putri, pekerjaan tim pelatih sangatlah berat. Ginting dan Jojo belum bisa mencapai penampilan yang bagus secara konsisten. Mungkin segi kekuatan (power) dan daya tahan (endurance) menjadi PR terbesar buat sektor tunggal.
Sektor tunggal putra boleh dibilang cukup terbuka / ramai, siapapun bisa menjadi juara. Tinggal siapa yang lebih kuat, lebih cepat dan lebih pandai. Ditambah faktor keberuntungan, baik dari segi pembagian grup maupun nanti saat masuk babak gugur, maupun saat di lapangan, mulai dari angin, wasit, hakim servis, hakim garis, kok dll.
Untuk sektor putri, nubie hanya mengharapkan Gregoria bisa bermain lepas dan menikmati Olimpiade pertamanya supaya nanti 2024 bisa menjadi ujung tombak yang tajam.
Untuk sektor ganda putri, tim pelatih mempunyai beban tugas yang boleh dibilang ‘MI’ alias mission impossible. Nubie rasa medali perunggu merupakan target yang paking manusiawi. Servis Greysia masih berantakan. Power Apri masih belum bisa menghasilkan angka. Kekuatan dan daya tahannya pun masih sangat jauh dibanding pemain dunia lainnya. Belum lagi kita membahas bagaimana kekompakkan Greysia dengan Apriani yang masih seperti pasangan baru. Masih canggung dan penuh keragu-raguan. Target perunggu boleh dibilang berat tapi sangat pantas.
Di ganda campuran, PJ/ Melati punya peluang yang sangat besar untuk meneruskan langkah Owi/Butet untuk merebut emas olimpiade. Setelah mendapatkan kartu kuning dari Richard, sang pelatih, PJ seperti terbangun dan sadar kalau bakat yang dimilikinya bisa membawa Melati ke podium Olimpiade. Tugas Richard, sang pelatih, boleh dibilang tinggal menjaga penampilan serta memoles dan merapikan kekurangan kekurangan kecil di PJ/Melati, dan juga melakukan analisa strategi spesifik untuk melawan setiap pasangan unggulan dari negara lain. Jadi saat lolos ke babak gugur, pelatih dan pemain sudah tahu kekurangan dan kelebihan setiap lawan sehingga mudah untuk menentukan cara cara jitu untuk mengalahkan lawan.
Sementara Hafiz/Gloria masih banyak yang harus diperbaiki. Tapi kita harus sadar bahwa mereka tidak perlu dibebani tugas untuk meraih medali. Mereka bisa dijadikan ‘pace maker’ untuk PJ/Melati. Maksudnya Hafiz/Gloria bisa ditargetkan untuk memuluskan jalan PJ/Melati dengan cara menguras stamina / mental lawan. Gampangnya: targetkan Hafiz/Gloria untuk bisa ‘mematikan’ minimal 1 dari 2 pasangan Tiongkok (atau salah satu dari pasangan Jepang atau Korea) dan membuat 1 pasangan pesaing utama PJ/Melati main 3 game yang menguras tenaga. Tentunya kalau benar PJ/Melati berhasil mendapatkan emas, nama Hafiz/Gloria harus selalu disebut saat diwawancara oleh media.
Sektor terakhir, ganda putra, adalah sektor yang menjadi harapan medali emas karena kedua pasangan Indonesia ada di peringkat 1 dan 2. Minions sangat dominan di 2019. Sementara Hendra/Ahsan ‘tiba-tiba’ menjadi begitu konsisten bertarung di level paling tinggi. Kalau di ganda campuran, nubie menumbalkan 1 pasangan, di ganda putra ini sulit untuk melakukan hal yang sama.
Di ganda putra ini, kedua pasangan sangat mempunyai peluang besar sebesar besarnya untuk meraih medali emas olimpiade. Dari segi pengalaman, Daddies sedikit banyak lebih unggul dari Minions. Yang menarik adalah pasangan ketiga diantara mereka, yaitu Endo/Watanabe.
Endo/Watanabe menjadi momok bagi Minions karena kekuatan pertahanan yang dimiliki pasangan Jepang ini tidak mudah ditembus oleh Minions, sedangkan Minions belum memiliki stamina, power, strategi dan kesabaran untuk mengalahkan Endo/Watanabe. Saya percaya kalau 2 pelatih ‘naga’ kita pasti bisa mengangkat kualitas Minions.
Sementara Daddies sepertinya cukup mudah untuk mengalahkan Endo/Watanabe. Karena karakter ketenangan dan juga kualitas penempatan bola yang membuat lawan kesulitan. Hendra mempunyai daya magis yang bisa menyihir kok melaju kencang ketempat yang kosong hanya dengan meggerakkan ‘tongkat ajaib’ nya. Backhand drive Hendra begitu natural namun mematikan. Kualitas netting dan juga dropshot Hendra bisa memberikan Ahsan peluang untuk menghujamkan pukulan smash dahsyat yang memporak-porandakan benteng lawan. Ahsan juga sudah mulai mengkloning kualitas penempatan bola dari Hendra bahkan sudah mulai bisa mengalahkan kualitas netting Hendra.
Disinilah letak kekuatan Daddies yang tidak dapat di ekploitasi oleh Endo/Watanabe sebagaimana saat melawan Minions. Minions terlalu terpaku dengan posisi Gideon dibelakang dimana Kevin yang mengolah bola netting. Herry IP pasti sudah tahu maslah ini, tinggal bagaimana dengan cepat membuat strategi baru yang manjur. Minimal buatlah strategi cadangan, misalnya dengan memaksakan Minions untuk selalu memberikan lob tinggi ke Endo dengan harapan Endo kehabisan napas saat cemesan nya selalu dikembalikan Minions. Istilahnya adu kuat fisik.