Masalah yang mungkin dihadapi oleh ‘coach dragon’ adalah memastikan Daddies kuat, cepat tapi tetap luwes di saat yang diperlukan. Dengan usia yang sudah senja, latihan yang terlalu keras akan menambah peluang cedera. Kalau pasangan ini di kecualikan, pasangan ganda yang lainnya pasti akan cemburu, misalnya: kenapa mereka hanya perlu berlari 10km tiap hari sedangkan saya harus 20km?

Inilah saatnya perlu pelatih pribadi ketimbang pelatih pelatnas sektor ganda. Toh Daddies sudah ‘tidak berada di pelatnas’. Paksakan Daddies untuk memiliki pelatih pribadi yang dibayar menggunakan uang mereka sendiri atau dari klub. Ini untuk kebaikan bersama, Daddies bisa berlatih sesuai usia mereka, PBSI tetap bisa memantau, Indonesia tetap memiliki peluang untuk mendapatkan emas dan yang terpenting adalah tepokbulu sebagai cabang olahraga.

Bisa dibilang ini akan jadi awal tepokbulu menjadi olahraga profesional. Pemain tidak perlu asosiasi untuk mendaftar di turnamen ‘World Tour’. Pemain bisa melalui pribadi, manager atau pun klub.

Bisa pula seorang pemain memiliki pelatih khusus untuk servis. Ini sangat penting untuk pemain ganda. Bayangkan berapa pertandingan pemain kita yang kalah karena pemain di fault oleh hakim servis dan membuat keseluruhan permainan menjadi berantakan karena mental sudah remuk.

Pemain pun bisa memilih psikolog yang sesuai dengan kekurangannya. Misalnya Ahsan / Hendra bisa menggunakan jasa Ade Rai untuk membantu secara psikologis bahwa pemain tua bukan berarti lemah secara kekuatan (power) atau stamina. Ade Rai bisa menjelaskan bagaimana meningkatkan kekuatan sesuai dengan usia dan asupan nutrisi.

Selain dari faktor teknis, ada baiknya juga para pemain mulai memikirkan hal yang kecil seperti mempersiapkan kaos, raket, sepatu, bagaimana menjawab pertanyaan media, cara menenangkan diri, dll. Ini adalah bagian dari persiapan mental.

Juara yang menjadi legenda biasanya juga pawai dalam menjawab pertanyaan wartawan dan mampu memberikan pernyataan yang memukau, mulai dari memuji penonton, lawan maupun pelatih atau keluarga secara spesifik. Contohnya mungkin Gideon bisa memuji Kido sebagai senior yang membantu membuka jalan untuk menjadi pemain dunia. Bisa juga PJ yang mengangkat kecaman dari Richard dan juga pendekatan manusiawi dari Nova yang bisa membawa PJ kembali berkonsentrasi ke tepokbulu seratus persen.

Bisa juga pemain mulai meminta sponsor untuk memberikan sepatu atau raket sesuai dengan karakter permainan. Pastinya ada pemain yang merasa sepatu yg dipakai lambat atau terlalu keras, bisa berdiskusi dengan sponsor supaya kaki mereka tetap dalam keaadan prima saat bertanding (jangan sampai ada yg kapalan atau bahkan melepuh).

Begitu juga dengan pedang (raket) yang digunakan pemain untuk beradu jurus dengan lawan. Contohnya adalah Minions yang harus menambah kekuatan (power) pukulannya. Mereka bisa berdiskusi dengan sponsor untuk memberikan beberapa variasi dari tipe raket yang biasa dipakai supaya pukulan mereka bisa lebih kencang. Pemain juga bisa bernegosiasi dengan sponsor untuk meminta tukang pasang senar pribadi (atau untuk seluruh pemain PBSI), supaya rentangan senar akan sesuai dengan permintaan pemain. Bayangkan kalau pemasang senar di turnamen terpapar korupsi dan dengan sengaja mengurangi tarikan di senar pemain tunggal, hasilnya akurasi pukulan berkurang. Atau menambah tarikan senar pemain ganda yang akan berakibat senar lebih gampang putus. Atau malah lebih parahnya, tarikan dibuat bervariasi, ada yg 24 atau 26 atau 28 sampai 34, pasti kacau kan mainnya.

Di Olimpiade Tokyo 2020 ini peluang Indonesia untuk meraih 2 emas cabang tepokbulu cukup terbuka. PBSI sudah berjalan di jalur yang tepat. Pemain dan pelatih juga sudah berkontribusi dengan baik. Semua akan sempurna kalau para pecinta tepokbulu bersama sama memberikan dukungan penuh untuk pemain kita. Baik saat menang atau kalah.

Ayo Ginting, Jojo, Ucok/Meli, Daddies dan Minions, KAMU BISA!