Results 1 to 9 of 9

Thread: [Tulisan Ringan] Kritik pedas ke PBSI pasca Sudirman Cup 2019

  1. #1
    Join Date
    Oct 2011
    Posts
    4,348

    Default [Tulisan Ringan] Kritik pedas ke PBSI pasca Sudirman Cup 2019

    https://www.jpnn.com/news/indonesia-gagal-sudirman-cup-2019-rudy-hartono-pemainnya-juga-enggak-tahu-diri
    https://www.suara.com/sport/2019/05/28/205000/taufik-hidayat-minta-pbsi-berbenah

    Inilah 2 atlet paling sukses di Indonesia. Kedua nya juga menyanyikan lagu dan nada yang sama ke PBSI pasca Sudirman Cup 2019.
    Ada yang setuju (seperti nubie) dan ada juga yang tidak setuju.

    Nah, mari nubie jelaskan mengapa nubie setuju dengan kritikan kedua maestro tepokbulu kita.

    1. Pemain PBSI yang tidak berprestasi tapi tetap dikasih kesempatan. Jelas sekali ini pendapat yang 1000% benar. Indonesia punya bakat yang luar biasa, baik dari segi jumlah pemain maupun kualitas teknis. Dari pada bercokol di PBSI sampai 1 tahun tapi tidak pernah juara, lebih baik dikembalikan ke klub dan memberikan kesempatan kepada pemain lain dari luar PBSI. Dengan begini makin banyak pemain yang merasakan pertarungan keras di turnamen level teratas dunia.
    2. Pelatih yang tidak kompeten untuk mengembangkan pemain. Nubie sedikit kasihan dengan pelatih tapi nubie juga melihat kualitas pelatih PBSI memang tidak setara dengan harapan dari pecinta tepokbulu. Pelatih di PBSI terkesan terlalu lunak terhadap pemain, entah karena kurang paham dengan persaingan dunia atau takut pemain cedera atau bahkan tidak mau belajar ilmu olahraga baru yang terus berkembang. Pelatih PBSI masih sangat tradisional, hanya fokus pada latihan teknis, fisik dan strategi. Tidak ada latihan mental, latihan pikiran, latihan kecerdasan, latihan adaptasi. Program pelatihan yang tidak seimbang antar tiap faktor bagi pemain yang berbeda, ini sangat penting karena tiap prmain mempunyai karakter yang berbeda.
    3. Pengurus yang tidak bekerja untuk menghasilkan sistem yang baik. Nubie juga setuju dengan pendapat ini karena sejak ditinggal pak Gita, hampir tidak terdengar ada terobosan dari PBSI. Baik dari segi administrasi maupun dari segi operasional kecuali pembaharuan mess pemain. Pengurus juga sudah seharusnya mampu mencari sumber dana baru dari pihak lain untuk menambah jumlah pelatih, pemain, event dan tentu sarana dan prasarana.

    Jadi kira kira apa solusi yang bisa di lakukan oleh PBSI?
    1. Dana alias uang. Prestasi olahraga (yang terus meningkat) selalu berbanding lurus dengan yang namanya biaya. Tanpa biaya jangan bermimpi untuk mempunyai prestasi di tingkat dunia. Apalagi mau menjuarai Sudirman Cup yang merupakan kompetisi yang menentukan negara mana yang mempunyai prestasi tepokbulu terbaik di semua cabang tepobulu.
    2. Pelatih harus paham dan sadar bahwa jaman sekarang pelatih teknis hanya memiliki peran 50% terhadap prestasi pemain. Pelatih harus mau menambah ilmu baik di bidang sport science, psikologi, biomekanik, pencegahan dan penanganan cedera, medis olahraga dll. Pelatih harus bisa (dan punya) tim pendukung yang mahir di bidang tersebut.
    3. Pemain harus punya kemauan keras untuk mencapai target tertinggi yang ditentukan PBSI. Jangan sampai ada lagi pemain yang merasa terpukul saat kalah dan dicaci maki oleh pecinta tepokbulu. Pemain harus berani meminta bimbingan dan arahan dari pelatih maupun meminta fasilitas psikolog, suplemen, pelatihan khusu untuk otot tertentu, dll. Kalau tidak dikasih, apa salahnya menggunakan gaji bulanan untuk memajukan diri sendiri. Toh kalau pemain berprestasi, Pak Jokowi sudah membuktikan kalau negara pasti akan mengapresiasi prestasi atlet.
    4. Para pecinta tepokbulu harus pula mendukung prestasi pemain. Jangan hanya bisa mencaci maki saat kalah tanpa memberikan dukungan, baik doa maupun moril. Pecinta tepokbulu juga bisa mulai mendidik anaknya untuk mulai berlatih tepokbulu secara benar sejak kecil seperti yang dilakukan oleh beberapa anggota FTB. Ini merupakan sumbangsih terbesar yang bisa dilakukan oleh pecinta tepokbulu. Dari 1000 anak kecil yang berlatih sejak usia 7 tahun, hanya akan ada 100 pemain usia remaja. Dari 100 pemain usia remaja hanya akan ada 10 pemain usia dewasa. Pertanyaannya: dari 10 usia pemain dewasa, ada berapakah yang akan jadi juara turnamen World Tour BWF? Untuk memperbesar peluang tersebut, marilah kita perbanyak (minimal 1 juta anak) tingkat yang paling dasar yaitu pemain di usia anak anak. Semoga nanti 1 dari 1 juta anak ini akan menjadi juara Olimpiade 2030 atau 2034.

  2. #2
    Join Date
    Apr 2014
    Location
    Dimana kaki melangkah
    Posts
    1,413

    Default

    Tulisannya selalu centil dan menarik disimak.
    Semoga bisa disimak oleh pengurus pbsi.. sukur2 nanti oktober 2019 ini bisa langsung disampaikan ke pbsi yg hadir di tebarnas solo.

  3. #3
    Join Date
    Oct 2011
    Posts
    4,348

    Default

    Maap nIh Pakde, kali ini nubie ga bisa hadir di tebarnas Solo.
    Semoga sesi berikutnya bisa hadir

  4. #4
    Join Date
    Jan 2016
    Location
    Semarang
    Posts
    144

    Default

    mantap, sepertinya harus mulai menggerakkan latihan bulutangkis tingkat anak - anak mulai tiap kelurahan, kebetulan di setiap kelurahan di Indonesia rata-rata memiliki lapangan bulu tangkis bisa dimanfaatkan, mungkin bisa di mulai dari situ..(kalau dana saya rasa pasti ada yang akan suport seperti dari anggota dewan yang di sekitar kelurahan itu atau dana dari pemkot)

  5. #5
    Join Date
    Oct 2011
    Posts
    4,348

    Default

    Tepat sekali, seharusnya dengan semakin rutin nya sirnas, makin banyak bibit yang muncul.
    Semoga juga turnamen di level provinsi sampai kelurahan juga bergulir secara rutin

  6. #6

    Default

    Sponsornya jangan rokok dunk,tiap juara rokok gratis, wkwkwkkw joke

    Dr kecil udah nge rokok, masuk klub badmin, walau bagus. Tp stamina melempem karena kalah napas.
    Last edited by Commander; 07 Jun 2019 at 00:56.

  7. #7
    Join Date
    Oct 2011
    Posts
    4,348

    Default

    Mantap
    Kalo soal rokok, rasanya bukan tanggung jawab klub atau PBSI.
    Tapi lebih ke pemerintah. Kalo pemerintah berani menyehatkan rakyatnya, tinggal bikin aturan naekin cukai rokok.
    Tapi kan bakal mematikan industri yg menghidupi sekian ratus ribu rakyat.
    Dilema kan. Pusing......

  8. #8

    Default

    Quote Originally Posted by jualkaos2010 View Post
    Mantap
    Kalo soal rokok, rasanya bukan tanggung jawab klub atau PBSI.
    Tapi lebih ke pemerintah. Kalo pemerintah berani menyehatkan rakyatnya, tinggal bikin aturan naekin cukai rokok.
    Tapi kan bakal mematikan industri yg menghidupi sekian ratus ribu rakyat.
    Dilema kan. Pusing......
    Minimal sponsor mengenai tulisan rokok dihilangkan, kalo penyaringan kan sering denger dj...m , ky di f1 ato motogp, rokok tidak boleh ada walau ga ada hub mesin dengan rokok.
    Sama satu lagi, pbsi harus ada/ berani membiayai pemain non club.
    Karena banyak yg maen dombaan/ taruhan.

  9. #9
    Join Date
    Dec 2018
    Location
    Jogja
    Posts
    79

    Default

    Tulisan yg cukup baik. Membangun. Dan point²nya memang dapet. Tim pelatihan mental diperlukan, serta pembibitan. Semoga² drama² like KPAI ky kmrin g terjadi lg jg

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •